Dia

ILLUSTRATION "DIA",
BACKGROUND PHOTO COURTESY BY ALTA I, VIA PINTEREST

Lahir dari segumpal darah, batin dari segumpal misteri. Aku adalah pengelana senja dan dia adalah wanita ku puja. Segala kepujaan ku serahkan kepada mu wahai wanita. Rasa ini terlarut sudah, bercampur dengan ikatan batin. Tak bisa ku ungkap, ungkit dan angkat. Terdiam sembari menatap tiga entitas alam semesta. Matahari yang terang, bulan yang samar, bintang yang sembunyi. Tiga entitas membentuk tiga hal, aku, kamu dan cinta. Terangnya matahari membuat diriku buta. Kemisteriusan bulan membuat diriku penasaran. Bintang-bintang kecil membuat diriku terus memandang. Tiba-tiba angin berhembus, membuat awan menghampiriku dan menutupi tiga entitas. Awan putih, lebih putih dari ragaku. Kesucian tampak jelas menutupi kenyataannya. Awan makin tebal, kemarahan tampak tebal:  Siapa dirimu sebenarnya wahai awan licik?

        "Ah aku adalah sepertimu, lelaki muda. Lelaki yang menyukai wanita, wanita yang sama, menikmati tiga entitas yang sama. Namun, diriku lebih tinggi, lebih suci, lebih dekat dengan tiga entitas. Kau dibawahku, jauh dibawahku dan lebih baik kau mundur saja. Kembali ke dataran semula, di mana engkau belum mengenal wanita ini dan segala maha entitas. Engkau belum cukup tinggi untuk mendekati matahari, belum cukup tekad untuk menyucikan bulan dan belum cukup dekat untuk memandang jelas bintang-bintang".

Duka dan luka hadir, menyapa di hati yang sedang lemah. Menunjukkan sebuah benda yang menggenggam erat di benaknya, tampak tajam dan merajam perasaan ini. Tiga entitas, lima pedoman, satu tujuan, menjadikan kesuburan pada tanah rumput dan hutan. Kerakusan akan bersyukur pada suatu hari nanti, ketika cahaya menerjang kedua mataku, memperlihatkan ketenangan alam semesta, menimbulkan kesucian diri, menjatuhkan cinta atas nama diriku kepada engkau wanita. Perkataan awan hanyalah gumpalan air yang menguap, aku sudah bersyukur sebagaimana diriku. Arti diriku ialah sebagai pelayan kepada engkau, segala cinta dan hidup kuserahkan. Cinta ialah Tuhan, Tuhan ialah cinta. Tidak berwujud, dikuasai tabu angkasa: Aku, kamu, dia, kita dan mereka tak akan bisa melihat wujudnya. Tidak bisa terbayangkan, namun bisa terasakan. Jauh, namun dekat tiap nadi berdetak. Detaknya melambangkan kasih yang mengasah dan mangasihi.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rendy Trendy

Mulut

Kursi dan Kuasa